Sebab, Syekh Siti Jenar beranggapan bahwa pengetahuan makrifat gnostik yang bersifat irasional tidak harus dijabarkan dengan sistem isyarat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara masuk akal. Sebaliknya, pengetahuan gnostik harus bisa dijelaskan secara rasional yang bisa diterima akal. Namun oleh para wali apa yang diajarkan Siti Jenar dianggap salah lagi menyimpang.
Akibat ajaran kontroversialnya tentang Manunggaling Kawula Gusti yang dianggap sesat itulah Siti Jenar akhirnya harus berhadapan dengan hukum mati. Saat itu masing-masing dari mereka itu menyampaikan pemahaman dan pengetahuan mereka tentang agama. Akan tetapi tiba giliran Syekh Siti Jenar, apa yang sampaikannya itu justru membuat seluruh wali sontak tercengang. Siti Jenar mengatakan:. Beberapa wali langsung meminta Syekh Siti Jenar untuk bertobat karena telah menyamakan dirinya dengan Tuhan.
Namun Siti Jenar tetap pada pendiriannya dan bahkan ia secara tegas menjawab,. Karena ucapannya itu Sunan Giri Prabu Satmata hendak menghukum Syeh Siti Jenar agar ajaran yang dinilai sesat dan telah melanggar syariat itu tak tersebar. Di samping itu belum waktunya mengajarkan ilmu hakikat untuk orang-orang yang baru masuk Islam sehingga para Wali khawatir nantinya umat malah akan menjadi sesat. Setelah pertemuan tersebut, para wali mengadakan pertemuan kedua untuk membahas hukuman kepada Syekh Siti Jenar.
Dalam kesempatan itu Siti Jenar malah semakin berani, saat ditanya Syekh Maulana Magribi dengan lantang ia menjawab,. Karena itulah akhirnya Syekh Siti Jenar kemudian dihukum mati. Tentang bagaimana ia dieksekusi tidak diketahui secara pasti, karena ada banyak versi yang mengiringi kepergiannya.
Namun ada pula dalam beberapa literatur yang mengatakan jika hidup Siti Jenar berakhir dengan cara dipenggal kepala bersama tiga orang pengikutnya. Di sisi lain, ada yang berpendapat tentang terungkapnya ambisi Syekh Siti Jenar yang ingin menguasai Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Demak.
Sehingga, dengan mempertimbangkan pemikirannya yang dinilai melenceng dari syariat Islam, ditambah kemungkinan kudeta yang dilakukan, akhirnya Siti Jenar pun ditangkap pasukan Kerajaan Cirebon dan Demak. Meski demikian, Siti Jenar tetap pada pemikirannya. Dengan pertimbangan ajaran sesat serta ambisi atas kekuasaan, dia pun dijatuhi hukuman mati. Sanksi yang diberikan berupa penikaman keris ke tubuh Syekh Siti Jenar.
Selain bagaimana kematiannya, lokasi makam tempat Siti Jenar dimakamkan masih simpang siur. Para pengikutnya maupun masyarakat saat ini pun juga tidak mengetahui pusara Syekh Siti Jenar berada.
Ada yang menyebutkan ia dimakamkan di Cirebon namun juga ada yang berpendapat di Jepara. Namun dalam cerita wali ada pula yang menyebutkan jika tiga hari sepeninggal Siti Jenar, Sunan Giri melihat jasadnya masih utuh.
Ia mendengar suara Syekh Siti Jenar memberinya salam kemudian menghilang. Menurut manuskrip Caruban Nagari karya Pangeran Wangsakerta yang ditulis pada , walau dianggap sesat namun para pengikut Siti Jenar tetap menganggap Manunggaling Kawula Gusti tidak menyimpang.
Menurut mereka, Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Dalam ajaran Siti Jenar, Manunggaling Kawula Gusti bermakna di dalam diri manusia terdapat roh yang berasal dari roh Tuhan. Hal ini sesuai dengan ayat Al Quran yang menerangkan tentang penciptaan manusia. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaan Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.
Follow Facebook Youtube. Search for:. Tauhid yang menjadi landasan pokok dalam beragama ia ajarkan hingga tuntas. Sifat 20 tidak diajarkan sebagai sifat Tuhan semata, tapi juga sifat yang disandang oleh hamba-Nya yang mukmin. Justru di sinilah ajaran Siti Jenar lebih menarik daripada ajaran yang disampaikan oleh para wali lainnya.
Rukun Islam dijabarkan sebagai basis perilaku dalam hidup sehari-hari. Muslim sejati tak sekadar mengucapkan syahadat, mengerjakan salat, berpuasa, menunaikan zakat, dan berhaji secara formal. Kalau hanya itu, muslim sulit melepas mentalitas pembangunan yang buruk, mental korupsi dan kolusi. Warisan lama inilah yang hendak diberantas oleh Syekh Siti Jenar. Bagi Syekh, iman bukanlah semata-mata kepercayaan.
Iman harus dapat ditransformasikan dalam kehidupan. Iman bukanlah bekal untuk menghadapi kematian sebagaimana kita membawa bekal dalam perjalanan yang jika kita lapar lalu kita makan. Di tangan Syekh, rukun iman melahirkan kemanunggalan iman, sebagai wujud manunggaling kawula klawan Gusti dalam kehidupan nyata di bumi.
Rukun Islam dan Iman tidak hanya dipraktikkan berdasarkan olah budi dan cipta. Bila tidak berada di atas kehendak Tuhan, keinginan akan mengotori jiwa. Hanya bila budi dan cipta telah dipimpin Tuhan, kita akan terlepas dari ketersesatan. Syekh juga mengupas lugas makna sifat Rasul bagi kehidupan kita, rahasia Sasahidan, dan pandangan revolusioner tentang Hari Akhir. Dapatkan buku ini di Galeribuku.
Labels: Achmad Chodjim. Ajaran Islam yang diajarkannya sangat kontroversial. Jika para wali lain di zamannya menanamkan Islam secara akulturasi, ia membangun Islam di Jawa secara asimilasi, yang kelak dikenal dengan Islam Jawa atau Islam Kejawen. Pandangan sufistik Islam diramunya dengan mistik Jawa.
0コメント